Let’s start with a simple definition: Self-motivation is, in its simplest form, the force that drives you to do things.
“What actually drives you to do things?” Someone questioned me a few days ago.
Berangkat dari kota kecil, mengalami masa SMA di luar kota, berpisah dengan keluarga, lalu berangkat ke kota Bandung untuk menempuh pendidikan sarjana di salah satu institut terbaik di Indonesia, sebelum akhirnya memutuskan untuk berpindah ke negara tetangga, Singapore, untuk mengejar mimpi studi di luar negeri. Banyak yang bertanya, apa sih yang membuat aku bisa melalui semua itu? Ambisi untuk meraih nilai tinggi? Keinginan untuk menjadi kaya dengan banyak uang?
“Mungkin iya. Mungkin tidak.” adalah jawaban yang pantas untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun, ada jawaban yang lebih bermakna daripada itu: It’s because I’ve figured out what are my values in life.
“Tetapi, value adalah kata yang sangat rancu, dengan definisi yang berbeda-beda di luar sana. “
In my perspective, values are my past experience, my present days, and my futures. To sum that up, value = past + present + future. Sederhana itu.
Accepting your past.
People like to say: don’t look back, close the book, and start over. I don’t think that’s healthy. Past mistakes are there to remind us where we’ve been, they become constant reminders that we should always strive to improve ourselves, and they pave the way for better actions in the future.
“In order to love who you are, you cannot hate the experiences that shaped you.”
Andrea Dykstra
Look back. Evaluate the past and understand why you did what you did. Be curious about your own storyline: the people who lead you astray, what actions were crucially damaging, and what things led to that crucial point in the first place.
Luangkan waktu untuk mengingat masa-masa kelam itu, sekalipun itu menyakitkan. Jangan menjadi orang yang menghindari suatu pembicaraan tentang masa lalumu sendiri, karena itu berarti kamu belum bisa memaafkan masa lalumu; kamu belum bisa menerima dirimu sendiri.
Setiap orang punya beban masa lalu yang berbeda-beda, tidak ada waktu yang ideal untuk fase menerima diri ini. Pengalaman traumatis bisa memberi kesan sampai beberapa tahun; find your own pace, to finally find your peace.
“Let go of what you can’t change. If it won’t bother you in 5 years, don’t let it bother you for 5 minutes.”
With this new understanding of what happened and of yourself; Look beyond, and decide on the new mindsets or changes that you have to adopt to leave the vicious circle.
Looking beyond. Time to set your goals!
It will not be easy, especially for a not-goal-oriented person. Tapi cara ini yang aku gunakan setiap hari dalam menjalani keseharianku.
Mempunyai goals bukan hanya sekedar menentukan cita-cita. Goals harus lebih konkrit daripada itu. Daripada menuliskan “aku ingin kaya”, lebih baik menuangkan dalam bentuk “Aku ingin mempunyai aset sebanyak … dollar dan investasi sebesar … di umur 30, lalu membuka bisnis startup ku di umur 35”.
Mulai dari yang paling jauh. Apa yang paling kamu dambakan di masa depan? Lalu tarik mundur perlahan-lahan ke waktu sekarang. Tentukan dari goals kamu 10 tahun ke depan, lalu 5 tahun ke depan, 3 tahun ke depan, 1 tahun ke depan, 6 bulan ke depan, 3 bulan ke depan, 1 bulan ke depan, 2 minggu ke depan, minggu depan, tiga hari ke depan, dan besok. Pastikan tiap goals di waktu berbeda saling bersangkutan satu sama lain.
Contoh (bukan goals-ku): Aku ingin mempunyai bisnis yang stabil di umur 30 (10 tahun dari sekarang). Untuk mempunyai ilmu cukup dalam membangun bisnis, aku ingin menempuh kuliah MBA di universitas X di negara Y dengan beasiswa di umur 26-28. Itu artinya, di umur 25 aku harus mempersiapkan dokumen A, B, dan C untuk memastikan bahwa aku bisa memulai MBA di umur 26. Selain itu MBA membutuhkan pengalaman kerja minimal 3 tahun. Jadi, di umur 23, aku sudah harus mulai bekerja full-time di perusahaan ternama; aku ingin masuk ke bidang Business Analytics, untuk itu di umur 22 aku harus menyelesaikan S1 tepat waktu. Supaya setelah lulus bisa mendapatkan perusahaan yang bagus, selama kuliah aku harus… dan seterusnya. Hingga kalian bertemu titik hari ini ketika kalian sedang membuat goals kalian tersebut.
Itu adalah salah satu contoh bagaimana membuat goals yang konkrit, setelah itu bisa dikembangkan lagi. Apabila sulit untuk dibayangkan, bisa dituangkan ke tulisan.
Living the present.
Setelah kalian berhasil menerima masa lampau dan memikirkan masa depan, hopefully you can gain your own self-motivation starting from today. Ini bukan hal yang sekali jadi, tapi membutuhkan proses yang panjang. Setelah aku berhasil melakukan itu semua, aku merasa menjalani hari-hari dengan lebih tanpa beban, tidak mudah stres, dan tidak dengan mudah membandingkan diriku dengan orang lain; karena aku tahu bahwa aku mempunyai visi yang berbeda dengan dia. Why should I compare myself to them then?
“Tapi bagaimana kalau sesuatu terjadi? Yang membuat ternyata track yang sudah kita bangun tadi tidak mungkin tercapai secara feasibility?”
Duduk, tenangkan diri, buat ulang track kalian; karena banyak jalan menuju Roma. Kehilangan satu poin bukan berarti kehilangan seluruhnya, asalkan kalian bisa menerima kegagalan tersebut dan memahami apa yang harus kalian lakukan selanjutnya.
Siklus itu akan berlangsung terus-menerus, hingga menjadi habit kalian. Ketika kalian sudah memasuki siklus ini, kalian akan menyadari bahwa motivasi dari dalam diri itu penting sekali.
“Sulit untuk menentukan target-target itu. Rasanya sangat abu-abu untuk dibayangkan.”
Find your role-models. Find your mentors.
Ini adalah cara yang kuterapkan terus-menerus, ketika aku bingung dan buntu dalam suatu keputusan atau penentuan target, aku akan mencari role model dan mentors dari orang-orang terdekat. Mentor adalah orang yang lebih berpengalaman dalam konteks yang ingin kita raih, orang-orang yang lebih tahu banyak dan biasanya cenderung lebih tua.
Dengan mendengar pengalaman mereka, kita bahkan tidak perlu jatuh ke lubang yang mereka alami untuk kemudian tidak jatuh lagi kedua kalinya.
End.
Mungkin ini akan terasa banyak sekali dalam waktu yang singkat, but remember:
“You don’t have to have it all figured out to move forward.”
Roy T. Bennett
Lakukan itu perlahan-lahan seiring kalian melangkah ke depan. Jangan berhenti terlalu lama.
Along the way, you will face challenges. There is no doubt about that. Every road has a bump, a rugged path, or a misleading detour. Try to figure it out with calmness. If it doesn’t open, maybe it’s not your door.
2 comments
read the long story of your journey, dan bagaimana kakak menjelaskan “Looking beyond,Time to set goals! ”
sampai di breakdown ke habit yg paling sederhana…
so very awesome, terima kasih kak sangat menginspirasi.
Hi, Sri. Thanks! Senang bisa menginspirasi π